Sejak awal tahun 2025, terdapat berbagai indikasi bahwa daya beli masyarakat Indonesia mengalami tekanan. Salah satu tanda yang mulai terlihat adalah sepinya pusat perbelanjaan selama periode libur Lebaran. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, apakah benar daya beli masyarakat melemah?
Berdasarkan pantauan di beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta dan kota besar lainnya, jumlah pengunjung selama libur Lebaran 2025 tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, periode setelah Lebaran menjadi momen bagi masyarakat untuk berbelanja, baik untuk kebutuhan pribadi maupun oleh-oleh. Namun, tahun ini, suasana tampak berbeda.
Sejumlah pengusaha ritel juga mengeluhkan penurunan transaksi dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini turut diperkuat oleh laporan dari Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), yang mencatat bahwa kenaikan jumlah kunjungan ke mal selama libur Lebaran hanya mencapai sekitar 10%, jauh di bawah ekspektasi.
Tidak hanya di pusat perbelanjaan modern, pasar tradisional juga mengalami tren serupa. Sejumlah pedagang di Jakarta Selatan mengungkapkan bahwa peningkatan penjualan menjelang Lebaran tahun ini tidak sesuai harapan. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, periode ini selalu menjadi momen lonjakan penjualan yang signifikan.
Lembaga riset CORE Indonesia juga menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga menunjukkan perlambatan. Indikasi ini terlihat dari data inflasi yang relatif rendah pada awal tahun, yang menunjukkan bahwa masyarakat cenderung menahan pengeluaran mereka.
Beberapa faktor diduga menjadi penyebab melemahnya daya beli masyarakat, antara lain:
Kenaikan Harga Barang Kebutuhan Pokok – Inflasi yang masih terjadi di sektor pangan membuat masyarakat lebih selektif dalam membelanjakan uang mereka.
Ketidakpastian Ekonomi – Kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global dan nasional membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran.
Beban Cicilan dan Kredit – Banyak masyarakat yang masih terbebani dengan cicilan kredit, baik kendaraan, rumah, maupun kebutuhan lainnya, sehingga dana untuk konsumsi lebih terbatas.
Meskipun ada indikasi pelemahan daya beli, beberapa sektor tetap menunjukkan pertumbuhan. Industri pariwisata, misalnya, mengalami lonjakan kunjungan selama libur Lebaran, terutama di destinasi wisata domestik. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki daya beli, tetapi lebih memilih mengalokasikan dana untuk pengalaman dibandingkan barang konsumsi.
Fenomena sepinya mal selama Lebaran 2025 bisa menjadi salah satu indikator melemahnya daya beli masyarakat. Namun, kondisi ini tidak sepenuhnya negatif karena ada sektor lain yang tetap mengalami pertumbuhan. Pemerintah dan pelaku usaha perlu mencermati tren ini agar dapat mengambil langkah strategis guna mendorong kembali pertumbuhan konsumsi domestik.
Ke depan, kebijakan yang mendukung stabilitas harga dan peningkatan pendapatan masyarakat akan menjadi faktor penting dalam menjaga daya beli. Dengan pendekatan yang tepat, ekonomi nasional diharapkan tetap bertumbuh dan memberikan dampak positif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Mencari rumah, gedung, atau tanah berkualitas di wilayah Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, Depok, dan sekitarnya?
Atau rumah Anda belum laku terjual? Tidak perlu bingung!
Semua proses jual-beli jadi mudah hanya di MakelaRumah.
Kunjungi website kami di
Sumber gambar : https://images.app.goo.gl/73K2JrcK5mCyGzC27